Ia adalah lelaki
termanis dan ter-romantis yang pernah kutemui selama hidupku. Aku belajar
banyak hal darinya.
Dari matanya aku belajar
memaknai kata ikhlas dan jujur.
Dari senyumnya aku
belajar arti kata tulus. Ah aku selalu suka senyumnya. Manis.
Ia yang mengenalkanku
keindahan dalam kesederhanaan.
Saat aku terjatuh, ia
tidak akan menawarkan tangannya untuk menolongku Tapi mengajariku cara untuk
bangkit.
“Kekhawatiranmu selalu
lebih besar dari kenyataannya nanti.” Katanya suatu ketika, saat aku ragu untuk
melangkah maju sendirian. Menempuh jalan yang tidak aku tahu rutenya, tanpanya.
Ia pula yang mengajariku
tentang pengertian. Pengertian bahwa hidup itu kejam tapi anugerah yang harus
selalu disyukuri.
Setiap aku melihatnya,
maka bertambahlah cintaku kepada Allah.
Aku sangat mencintainya,
begitupun dirinya. Tapi ia juga mencintai wanita lain. Wanita yang sekarang dengan
bangga aku panggil “ Ibu “. Yah, lelaki itu Ayahku.
Ah benar, ia juga
seorang yang cengeng. Semoga ia tidak menangis membaca ini.
***
Terpujilah
wahai engkau ibu bapak guru
Namamu
akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua
baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai
prasasti terima kasihku
Tuk
pengabdianmu
Engkau
sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau
laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau
patriot pahlawan bangsa
Tanpa
tanda jasa
Kepada Pak Yasin, Guru
kehidupanku.
Kepada
Guru-guruku tercinta.
Kepada
Guru-guru di Indonesia.
Terima
kasih telah menjadi pahlawan kami. Kalian semua luar biasa.
Selamat
Hari Guru Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar