Minggu, 11 Desember 2011

Abu-Abu


Kamu bukanlah putih,
Bukan pula kelam,
Kamu itu… Abu-abu!
Desember, 2009.
Senja hari ini terasa indah bagiku. Matahari yang hendak turun ke peraduannya dan ombak yang terus menghantam ke tepian menemaniku menunggu dirinya. Beberapa menit yang lalu dia memintaku untuk bertemu disini. Sudah beberapa menit yang lalu. Dinginnya panggul yang ku duduki sekarang terasa mulai menusuk dagingku. Aah dimana dirinya? Tapi aku akan terus menunggu dirinya, menunggu dia yang kusayangi. Saat matahari sudah membentuk setengah lingkaran di ujung laut sana, kudengar namaku di panggil. Aku berbalik ke arah suara itu dan kudapati dirinya sedang berdiri disana dengan senyuman. Tapi kenapa senyuman itu membuat hatiku resah?.
“Sorry”
Aku tersenyum, walau kecewa kurasa. Dia selalu begitu. Hanya maaf yang dia ucapkan. Tanpa alasan. Tanpa penjelasan kenapa dia terlambat. Tapi itu tidak masalah, asalkan dia datang, itu cukup bagiku.
Kami duduk berdua diatas panggul semen yang menghadap langsung ke laut lepas. Angin pantai mengibas-ngibaskan rambutku. Senyum tak lepas dari wajahku saat itu. Beberapa saat, dia hanya terdiam. Dan saat dia membuka mulut, kata-kata yang keluar dari mulutnya itu membuat perubahan raut di wajahku. Dadaku sakit. Kurasakan mataku mulai menghangat. Aku tak sanggup mendengarnya, yang meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Masalah keluarga. Itu alasannya. Tapi kenapa harus putus? Tak tahukah dia, betapa sayangnya aku padanya? Dengan mudahnya dia mengucapkan kata itu lagi serta dengan alasan yang tidak bisa aku terima.
Kejadian-kejadian beberapa bulan yang lalu kembali terputar di otakku. Seperti slide-slide hitam putih yang melintas di depan mataku.
“aku mau kita putus!” air mataku berlomba untuk keluar saat dia mengucapkan itu. Kata-kata itu mampu merobek-robek hatiku. Hidupku seakan tak ada artinya lagi. Aku melampiaskannya dengan meminum minuman yang tak seharusnya aku sentuh. Menyileti tanganku yang tak berdosa. Sakit di hatiku lebih perih dibanding dengan perihnya tangan ini. Untuk bernafaspun terasa sulit bagiku. Aku sangat menyayanginya. Aku sayang dia yang pemarah, dia yang kasar, dan dia yang angkuh.
Ya, kami pernah pacaran dan putus kemudian kembali lagi. Tapi hanya beberapa bulan balikan dengannya, sekarang dia meminta untuk mengakhiri semuanya. Mengakhiri kisah yang telah kami rajut selama ini.
“ Lupakan aku, Ana “ Dheg. Aku menatapnya nanar. Yang aku tahu sekarang dadaku terasa sesak. Dia menatapku kembali, menegaskan kata-katanya. Kehangatan dimataku pun tak sanggup lagi kutahan. Butir bening itu menghambur keluar. Butiran bening yang bukan berasal dari mata tapi dari muara hatiku. Hatiku perih. Mungkin aku akan bisa menerima kalau dia meminta untuk putus walau berat bagiku, tapi melupakannya? Tak sadarkah dia bahwa nyawa ini adalah dirinya? Berlutut. Ya, aku berlutut di depannya, meminta menarik kembali kata-katanya itu. Dia bergeming. Menatapku sekilas kemudian berlalu. Yang dia tak tahu, saat dia pergi, dia meninggalkan luka dihatiku. Luka yang tak ku tahu kapan akan sembuh. Meninggalkan air mata yang tak tahu kapan akan reda.
***
Beberapa minggu setelah kejadian itu, air mata menjadi sahabat setiaku selama beberapa hari. Tubuhku melemah hanya karena memikirkan dirinya. Dirinya yang memberiku bahagia sekaligus luka. Aku hanya berbaring di tempat tidur, enggan melakukan kegiatan lain. Berlebihan memang, tapi rasa yang ada dalam hati ini yang membuatku berbuat begini. Kalian menyebutnya cinta. Tapi bagiku, ini bukan cinta, andai ada kata yang bisa menggambarkan sesuatu yang lebih dari cinta, maka itulah yang kurasakan.
Hari berganti hari, aku mulai mencoba untuk membuka hatiku untuk yang lain. Sekedar mengisi kekosongan yang kurasa saat ini. Aku menjalin hubungan dengan orang lain, berharap aku bisa menghapus walau sedikit luka di hatiku. Tapi, hubungan yang baru kujalin tak pernah bertahan lama, selalunya berakhir karena dirinya. Setiap kali diri ini menjalin hubungan dengan seseorang, dia mendekat dan kemudian menjauh setelah hubunganku hancur. Apa yang sebenarnya dia inginkan? Aku bimbang. Aku galau. Dikala diri ini mencoba melupakannya, dia selalu datang, mengatakan kalau dia sayang padaku tapi dia tak mau kembali karena dia takut hanya akan memberi luka untukku.  bukankah yang dia lakukan saat ini malah memberiku luka yang lebih?  Dia memberikan harapan untukku. Tapi aku tahu harapan itu semu. Kosong. Karena walaupun selama ini aku mencoba menjadi terbaik untuknya, dia tak pernah menghargai itu. Bahkan aku meninggalkan orang-orang yang kusayangi demi dirinya, dia pun tak pernah menyadari itu. Walau dia melakukan hal itu padaku, jujur, aku masih menyayanginya. Ya, tak berkurang sedikitpun rasa itu. Nasehat-nasehat dari sahabatku untuk melupakannya tak aku hiraukan. Aku bertahan. Entah bertahan untuk dirinya atau bertahan untuk tersakiti.


***
Setelah memberikan bahagia dan air mata beberapa hari ini, tak lama lagi hari dimana aku dikeluarkan dari rahim ibuku akan tiba. Dia membuat janji padaku akan menjadi yang pertama mengucapkan selamat. Bahagia. Tentu saja. Banyak yang mengatakan kalau seseorang yang pertama menyampaikan ucapan selamat di hari yang berharga itu adalah orang yang benar-benar menyayangi kita. Senyum menghiasi wajahku menuju hari itu. Masih ada harapan bahwa dia masih menyayangiku. Tapi, saat hari itu tiba, tak kudapati pesan ataupun telefon darinya yang mengucapkan selamat. Tapi aku tetap menunggunya hingga kantuk yang memaksaku untuk akhirnya terlelap. Dan setelah sinar pagi membangunkanku, yang seketika teringat olehku adalah sahabat kecilku, berharap dilayarnya akan terpampang namanya disana. Kecewa langsung kurasakan ketika tak kudapati nama itu. 3 hari berlalu, barulah dia mengucapkan itu. Ya, 3 hari setelah hari kelahiranku. Mungkin baginya ini adalah hal sepele, tapi tidak bagiku. Aku benar-benar kecewa. Kini, jiwa ini sudah terlalu letih. Setelah hari itu, aku memutuskan untuk menjauh darinya. Mencoba untuk benar-benar melupakannya. Mungkin tidak untuk dalam waktu dekat ini, tapi aku yakin suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti.
***
Desember, 2011.
Senja hari ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yang berbeda hanyalah aku tak disampingnya lagi dan juga tidak memikirkannya lagi. Di pantai ini, untuk terakhir kalinya aku akan mengingat dirinya, mengingat semua kenangan dan luka yang telah dia torehkan di hatiku. Mengingat semua kebodohan-kebodohan yang sudah aku lakukan untuknya dahulu. Karena disampingku sekarang telah ada seseorang yang akan selalu membuatku tersenyum. Yang akan selalu menghapus air mataku. Dan yang jelas, dia yang akan merubah kisahku, merubah sedihku. Di pantai ini, bersama angin yang berhembus, kenangan tentangmu pun akan ikut bersamanya.

Kamis, 01 Desember 2011

My Boys..

Assalamualaikum...

hay hay guys! Today, I wanna post 'bout 4 korean boys that can make me Can't breathe!!!


  • Lee Min Ho 
Who didn't know him? Pertama kali liat dia tuh waktu di Boys Before Flower, OMG! aku langsung jatuh cintah sama dia, di saat cewek2 lain mengidolakan Kim Bum yang kiyut kiyut gimanaaa gituu, aku malah lebih suka Lee Min Ho yang berperan sebagai Goo jun pyo. Setelah nonton drama ini, aku langsung beli semua drama yang diperankan oleh DIA! Dia tuh keren banget Sumpah! Hidungnya, matanya, semuanya deh! Apalagi waktu main di drama City Hunter, GOD! tiap liat dia, bawaannya teriak terus! hahak I can't breathe! (bahkan nulis ini pun, susah nafas!).
So COOL! omg!

I'm fainting now! (>o<)

  • Yoo seung Ho
Cowok yang satu ini benar-benar membuatku seperti orang gila! Waktu main di 4th period murder mystery saja sudah buat dirikuh ni kehabisan nafas, APALAGI waktu main di God of Study! SERIUS! aku BENAR-BENAR gak BISA NAPAS! Dan sukses membuat diriku ini Gemes se gemes gemesnya waktu main di The way home dan Hearty Paws! GOD! I ran out of words.

Cool?? YEAH!! >o<

Uuuuuum.... Cute!

  • Yoo Ah In
Pemeran dalam drama Sungkyunkwan Scandal ini mampu menghipnotisku selama menontonnya!! Aaaaaa he's So cute! I love his lip, OMG!
Cute, isn't he?

Hmmm....

  • Rain Bi
Aku suka banget perannya Rain waktu main di A love to kill dan Fugitive plan B! KEREN banget daah! meleleh aku di buatnya...!!




That's all guys,, Pokoknya, kalo nonton mereka mah bawaannya mau teriak terus, mau gila, dan mau pingsan!!! Hahak
Jeongmal Salanghae, oppa!! Kyaaaa!! >o<

And what about you guys? do you agree with me??


Kiss,
Nurul Yasin ^_^

Minggu, 27 November 2011

Homework

Assalamualaikum....


Hi guys! Hari ini rencana aku mau menyelesaikan tugas Bhs. Indonesiaku, yaitu memberi 25 contoh sinonim, homonim, homofon, dan homograf. Kalau mau menggunakan otak, akan memakan waktu yang lama jadi aku mencari jawabannya dengan meminta tolong kepada om Google. Tapi, itu tidak cukup membantu! Karena kebanyakan informannya hanya memberi beberapa contoh saja. (Uuuugh!)
Jadi, setelah menggabungkan jawaban dari beberapa sumber, aku berniat untuk mempostingnya walaupun belum cukup 25, tapi semoga bisa bermanfaat. =)
Cekibam  Cekidot!


A. Contoh Sinonim

  1. Binatang = fauna
  2. Bohong = dusta
  3. Haus = dahaga
  4. Pakaian = baju
  5. Bertemu = Berjumpa
  6. Cantik = molek
  7. Indah = elok
  8. Angsur = cicil
  9. Buruk = jelek
  10. Bunga = kembang
  11. Mati = wafat
  12. Hulubalang = komandan
  13. Aku = saya
  14. Melihat = melirik
  15. Pintar = pandai
  16. Bagus = baik
  17. Mendengar = menyimak
  18. Lari = kabur
  19. Capek = lelah
  20. Ibu = bunda
  21. Bapak = ayah
  22. Laris = laku
B. Contoh Homonim

  1. bisa(racun ular) - bisa(dapat melakukan sst)
  2. rapat(dempet2) - rapat(meeting)
  3. kepala(ketua) - kepala(anggota tubuh)
  4. seri(sama) - seri(gigi/nomor)
  5. kursi(barang) - kursi(jabatan)
  6. mata(anggota tubuh) - mata2(spy)
  7. beruang(hewan) - beruang(punya uang)
  8. malang (kota) dan malang (nasib)
  9. dara (merpati) dan dara (wanita)
  10. amplop (untuk kirim surat) dan amplop (uang pelicin)
  11. bagi (untuk) dan bagi (pecah)
  12. buku (ruas) - buku (kitab)
  13. salak (nama buah) - salak (bunyi gonggongan anjing)
  14. genting (gawat) - genting (benda penutup atap rumah)
  15. malam (nama waktu lawannya siang) - malam (nama zat bahan batik)
  16. Baku (pokok) - Baku (saling)
  17. Asa (harapan) - Asa (satuan)
  18. Hak 
  19. kali
  20. hawa
  21. pasang
  22. daki
  23. per
  24. mawas
  25. komisi
C. Contoh Homofon
  1. Bang dan bank
  2. Rok dan rock
  3. Masa dan massa
  4. Sangsi dan Sanksi
  5. Tank dan Tang
  6. Sah dan syah
  7. Seni dan Zeni
D. Contoh Homograf
  1. Apel (lafal e seperti pada teh) : upacara dan Apel (lafal e seperti pada teman) : nama buah.
  2. seminar (lafal e seperti  pada teman) : bersinar-sinar dan seminar (lafal e seperti pada sate) :pertemuan ilmiah
  3. teras (kayu) lafal e seperti pada tebu) : inti kayu dan teras (rumah) lafal e seperti pada sate : beranda rumah
  4. Mental:.[mĆŖntal]-berbalik dan [mĆ©ntal]-kejiwaan
  5. Sedan : [sĆŖdan]-isak tangis dan [sĆ©dan]-jenis kendaraan roda empat
  6. serang (kota) dan serang (parang)
  7. memerah dan memerah (menjadi merah)
  8. per (satuan) dan per (benda)
  9. semi (musim) dan semi (menuju)
  10. tahu (makanan) dan tahu (mengetahui)

Nah, itu dia sahabat. Masih banyak yang kurang, makanya itu... kalau misalnya kalian tau, tolonglah temanmu nii..! okeh bebeh?


Jumat, 25 November 2011

Poconggg Juga Pocong


Asalamualaikum...

Loha guys! Tadi siang, adalah hari bersejarah bagiku! AKHIRNYA, aku bisa nonton pelem yang telah lama aku nanti-nantikan! Poconggg juga pocong! hahay (Congg, u must thank to me). 
Sebenarnya sih kemarin adalah pemutaran perdananya di bioskop tapi karena kemarin tu jadwal Syutingku (baca: kuliah) padat, jadi yaaah hari ini baru bisa. Aku nonton Bersama dengan sahabatku, Nur namanya.
@ waiting room

Pas datang, masih sedikit orang yang ada disana. Tak cukup beberapa menit kami menunggu, kamipun di persilahkan masuk (jyaah). Hatiku tak karuan! ndag sabar mau nonton. Daaaaan, GILAK! perutku nii sakit karena ketawa! ASLI ngakak! (Aku padamu Conggg!!) yang paling aku suka waktu adegan dua ikat pocong itu menolong ibu-ibu melahirkan! hahay. Tapi, setelah membuat dirikuh ini tertawa, waktu di adegan yang si Dimas membalas pesannya Sheila, sukses membuat mataku nii berkaca-kaca! hikz. 
Aku tidak akan menceritakan lebih rinci disini, U must watch it by urself Guys!


Setelah selesai nonton, Aku singgah di Toko buku yang kebetulan bersebelahan dengan bioskop tu. Sudah sejak lama aku menginginkan novelnya Poconggg. Sebenarnya sudah sangat terlambat, tapi tak apalah yang penting aku sudah punya bukunya! hohoho

Jeeeengg jeeeengg!
(foto nii ambil sembunyi-sembunyi! hihhi)

(nii diambil di rumah)

Selesai membeli buku, karena cacing di dalam perutku nih sudah demo minta diberi makan, akhirnya kami singgah di salahsatu resto dekat situ juga.

Nah, setelah persediaan bahan bakar terisi... kamipun melanjutkan perjalanan kami.
Dan kejadian yang membuatku ngakak sekali lagi adalah waktu kami memasuki salah satu toko, tujuannya untuk membeli sabun, tapi saat melihat rak yang penuh dengan boneka yang unyu unyu, boneka-boneka itu seakan memanggil2 untuk foto bareng! dan akhirnya, setelah memastikan keadaan aman, kamipun hendak berfoto, tapi! TAPI, kameranya tiba-tiba error! iiish! nah, setelah kameranya bisa dipake lagi, waktu mau berfoto kembali, eeeh dari belakang terdengarlah suara dari surga.
G : Eh, mbak! mbak! (si Nur pura-pura milih-milih boneka)
dan dengan anggunnya aku berbalik,,
A : ya?
G : dilarang berfoto disini...
EEeeng iing eeeng...!!
Dan dengan memasang wajah tak bersalah, kami pergi dari rak itu.
setelah orang itu tidak terlihat,, tawa kamipun pecah!
Hmmm Begitulah,, setelah membayar apa yang kami beli, kamipun kembali kerumah dengan perasaan yang campur aduk.


Hal yang aku dapat setelah nonton pelem ini adalah "Ketika galau, bershowerlah!". Okeh conggg, I'll try this at home! hahak. XD


Love,
GulaGula


Rabu, 23 November 2011

Miss the Artistic teeth girl

Assalamualaikum...

Ni dia nih si Artistic teeth girl!


can u see it? hahak
I really badly miss her!! T-T hikz

Minggu, 20 November 2011

GUGURNYA DAUN ARSH


SAAT DAUN ITU GUGUR
TERGELETAK LEMAH DI TAMAN ARSH
OLEH KEHENDAK YANG KUASA
TANGIS-TANGIS ANAK ADAM
DI BAWAH ATAP LANGIT YANG TERBENTANG
MENGGEMA,
MEMENUHI RUANG-RUANG AENTERO BUMI
RONTAAN DARI JIWA MEREKA
MEMAKSA DAUN ITU BERNYAWA
KESUDIAN TAK MENGIZINKANNYA PERGI
WALAU SANG ANAK ADAM TAHU
SETITIK AIR MATA DAN RONTAAN JIWA MEREKA
TAK BERHAK MENGHENTIKAN PERJALANAN SANG DAUN
MENUJU TAMAN LANGIT
MILIK SANG MAHA PENCIPTA


                                                                                                                …NURUL MY…

Kamis, 17 November 2011

HOME - Michael Buble

Assalamualaikum..

Hmm,, Sodara-sodaraku sebangsa dan setanah air!! Sudah beberapa bulan ini aku tidak pulang ke kampung halamanku (T-T). Dan itu artinya, sudah beberapa bulan jga aku tak bertemu orang tua dan adik-adikku tercintah (Cry like a baby). But, I must be stronger coz I'm here 4 study en 4 ma best future altough ma heart always scream "I wanna cry! I wanna cry!" but like I've said before that I M.U.S.T be stronger! yeah!
And I think Home by Michael Buble could represent what I feel.


Another summer day
Has come and gone away
In Paris or Rome
But I wanna go home
..uhm Home
May be surrounded by
A million people I
Still feel all alone
Just wanna go home
I miss you, you know

And I've been keeping all the letters
That I wrote to you 
Each one a line or two
I'm fine baby, how are you?
I would send them but I know that it's just not enough
My words were cold and flat
And you deserve more than that

Another aeroplane, another sunny place,
I'm lucky I know
But I wanna go home
I got to go home

Let me go home

I'm just too far from where you are
I wanna come home

And I feel just like I'm living
Someone else's life
It's like I just stepped outside
When everything was going right
And I know just why you could not come along with me
This was not your dream
But you always believed in me..

Another winter day
Has come and gone away
in either Paris or Rome
And I wanna go home
Let me go home


And I'm surrounded by
A million people I
Still feel all alone
Let me go home
I miss you, you know

Let me go home
I've had my run
Baby I'm done
I gotta go home

Let me go home
It'll all be alright
I'll be home tonight
I'm coming back home....


Minggu, 13 November 2011

B'day!!!!

Assalamu'alaikum...

Hola! Masih ingat si Mr. Chocochip yg ku critakan di postingan sebelumnya kan? Kami sudah baekan! U yey! Aku sudah buat dia berjanji untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak kusukai. Alhamdulillah. And I'll try to trust him. dan Kemaren adalah hari kelahirannya! Aku sudah susun rencana buat memberikan ucapan selamat di wajah bukunya (baca Facebook). Dengan meminta tulung ke salah satu temanku untuk memphotokan diriku, aku buat berbagai gaya, mulai dari gaya Angelina Jolie lagi sakit kepala, sampe gaya Kristen Stewart yang lagi dikejar2 kamtib (please don't imagine). Tapi, setelah melihat hasilnya, aku hapus semua! iya, aku HAPUS! setelah usaha mati-matianku itu (lebay) tapi dengan alasan Jelek, aku menghapusnya susah memang, kalo sudah dari sononya. Mo pake gaya Keira Knightley kebelet kek, apa kek, kakek kek, teteup aja! Dan jadinya, aku hanya membuat yg biasa-biasa saja.

TAADDAAAAAAAAAAAA!!!!

And, do u know guys? gambar ini pun tak jadi aku upload ke Wajah bukunya dia! iya, TIDAK JADI! hal ini disebabkan FBq yang sedang dalam masalah. Aku tidak tau dan aku Malas cari tau kenapa. jadi okelah,
Yang penting kan bukan gambar ato apanya, yang terpenting itu tuh doanya...

HAPPY BIRTHDAY
HAKAM!!!!!
^_^




love,
Nurul   

Jumat, 11 November 2011

The Doll Girl


 “kenapa Raka? Kenapa? Aku masih sayang sama kamu. Aku nggak bisa putus dari kamu…” sedikit demi sedikit butiran hangat keluar dari mata Amanda. Dia berusaha keras untuk membuat Raka menarik kembali ucapannya. Tapi keputusan Raka sudah bulat. Pikirnya, putus adalah jalan terbaik yang harus mereka tempuh. Tak ada yang perlu dipertahankan dari kisah mereka. Amanda sendirilah yang membuat Raka mengambil keputusan ini. Selama mereka menjalin suatu ikatan, Raka tak pernah bahagia. Dia mungkin memang beruntung mendapatkan Amanda, cewek terpopuler di sekolah. Cantik, pintar, kaya, terkenal, itulah Amanda. cewek incaran para cowok. Namun Raka  sedikitpun tidak merasa bangga dan senang. Sifat Amanda yang manja, egois, dan possesive membuat Raka merasa tak nyaman berada di dekatnya.
“apa karena aku sudah nggak cantik lagi?” Raka menggeleng.
“jadi kenapa Ka?” Raka masih tetap dalam diamnya.
“atau karena ada cewek lain selain aku. Yang lebih cantik, yang lebih kaya, iya?!” mata Amanda menatap Raka, meminta penjelasan. Raka tersentak mendengar pernyataan Amanda. “oh.. jadi benar? Kamu putusin aku karena ada cewek lain?” Raka bertambah marah. Begitulah Amanda, selalu menarik kesimpulan tanpa mau tahu apa masalahnya. Dia tak pernah sadar betapa setianya Raka selama ini. Sedikitpun Raka tak pernah berpaling dari Amanda meskipun dia sendiri tak suka dengannya. Tapi sekarang, dengan mudahnya kata-kata itu keluar dari mulut manis Amanda, Raka muak.
“ya, Amanda. Ada cewek lain yang ada di hatiku saat ini. Yang lebih cantik, yang lebih kaya, yang lebih baik dari kamu!” kemarahan yang selama ini Raka pendam, dia keluarkan seluruhnya, dari dalam hatinya. Dan setelah itu tanpa berkata-kata lagi Raka meninggalkan Amanda dalam tangisnya. Amanda menggeleng tak terima dengan semua ini. Ada rasa yang timbul dalam hati Raka. Seakan terbebas dari jeruji besi yang selama ini membelenggunya dalam ketidakberdayaan. Seakan terlepas dari beribu-ribu ton beban yang melilitnya. Bebas, itulah yang dirasakannya.
                                                                                         ***
Seorang gadis berwajah bersih dan polos sedang menjadi mainan para cowok-cowok nakal yang tak punya perasaan, mereka siswa tetapi kelakuannya kayak preman, tak berpendidikan. Mereka memperlakukan gadis itu seolah-olah sebuah boneka yang lucu dan boneka itu sedikitpun tak berdaya untuk melawannya, membiarkan dirinya di injak-injak, di ping-pong kesana kemari, tampak sepasang mata menyaksikan perbuatan para preman-preman kacangan itu. Timbul rasa benci dan tidak terima dengan semua yang mereka lakukan. Tapi seakan angin yang berhembus, dia kemudian tak memperduliknnya. Dia pun beranjak pergi dari sana. Selang beberapa menit kemudian, datang seorang gadis. Dari kejauhan dan tampak sangat marah.
“WOI!!! Berhenti nggak?!!” gadis yang datang tadi meraih tangan gadis boneka itu.
“sekali lagi aku lihat kalian macam-macam sama Aya, kalian akan tahu akibatnya!” gadis itu mengepalkan tangannya ke preman-preman kacangan itu, megancam.
“ayo Aya kita ke kelas” ucap gadis itu, dan membawanya menuju kelas. Sepanjang perjalanan menuju kelas, Dara, gadis itu, memarahi Aya, memberi tahunya agar melawan kalau diperlakukan seperti tadi. Aya hanya tersenyum, dia merasa sungguh beruntung mendapat seorang sahabat yang baik, pengertian, sayang, dan selalu ada untuknya.

                                                                                     ***
Saat bel panjang berbunyi, semua siswa serentak menyerbu pintu gerbang sekolah yang terbuka lebar menyambut mereka. Setiap hari Aya dan Dara selalu pulang bersama tapi kali ini Dara sedang ada urusan dan dia buru-buru pulang. Aya sedang berjalan sendirian di koridor sekolah, saat tangan Aya di tarik seseorang masuk ke dalam salah satu ruangan.
Sambil memejamkan matanya Aya menjerit berharap seseorang mendengarnya tapi itu hanya sia-sia karena saat itu sekolah sudah sepi. Saat membuka mata, Aya mendapati preman-preman kacangan yang selalu mengganggunya berdiri sambil tersenyum licik, mereka semua tertawa, merendahkan, merasa menang. Salah seorang dari mereka mengulurkan tangannya, ingin menjambak rambut Aya. Aya memejamkan matanya erat. Pasrah. Tapi tiba-tiba seseorang menahan tangan preman sekolah yang akan menjambak Aya dan, BUUGH. Sebuah tinju mendarat tepat di wajah sang preman. Dia merintih kesakitan. Satu persatu preman-preman yang lainnya bergerak dan dengan tangguh orang itu melawan mereka hingga mereka lari terbirit-birit. Sejak tadi Aya menyaksikan semuanya. Aya terkejut saat melihat orang yang menolongnya. “Raka…?” Raka si kapten basket itu? Raka yang jadi incaran cewek sekolahan? Raka yang pacarnya Amanda? Dan Raka yang… keren itu? Batin Aya. Dia tak menyangka orang yang saat ini menolongnya adalah Raka. Setelah semua preman-preman kacangan itu pergi, Raka menghampiri Aya yang saat itu sedang menyudut ketakutan sambil memeluk kedua kakinya.
“kamu nggak apa-apa?” DEGH. Jantung Aya berdegup. Aya hanya bisa menggeleng. Raka langsung menarik tangan Aya dan membawanya pergi dari ruangan itu. Raka memutuskan untuk mengantar Aya pulang. Mereka berjalan berdampingan. Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam tak sepatah katapun keluar dari mulut mereka. Raka merasa risih dengan keadaan yang seperti ini. Jadi dia mencoba membuka perakapan, sekaligus ingin menghilangkan rasa penasarannya selama ini.
“ kenapa sih, kamu diam aja kalau diperlakuin kayak tadi?” Aya menatap Raka, kemudian menjawab.
“ yang lemah memang selalu kalah oleh yang kuat,” Raka tidak terima dengan pernyataan Aya barusan.
“ terkadang orang yang lemah sebenarnya lebih kuat dari orang kuat itu sendiri. Kalah selamanya tidak untuk yang lemah”  Raka menatap balik Aya.
“ kamu nggak mengerti” Aya membalas tatapan Raka.
“ Aku tidak akan pernah bisa melawan” kata-kata itu tegas namun menyiratkan kepedihan.
“ kenapa tidak bisa?”
“ aku akan pulang sendiri…” kejar Aya yang tidak mau meneruskan percakapan ini. Kemudian dia menyunggingkan senyum manisnya.
“terima kasih telah menolongku” Raka terpaku, dia baru sadar kalau ternyata Aya adalah gadis yang manis. Seperti boneka. Aya langsung meninggalkan Raka yang masih terpaku mengagumi dirinya.
                                                                                                ***
Suasana yang tenang membuat siapa saja merasa nyaman. Aya sedang menikmati ketenangan di perpustakaan sekolah sambil membaca buku. Raka yang saat itu juga sedang berada di perpustakaan mendapati Aya sedang duduk sendirian. Dia memutuskan untuk menghampirinya sekedar untuk menyapa gadis manis itu.
“hei…” sapa Raka sembari duduk disamping Aya.
“eh, Raka…” Aya terkejut tapi tetap tersenyum manis. Merekapun mengobrol dan bercanda. Namun tanpa mereka sadari, dari balik rak buku, sepasang mata sedang mengamati mereka nanar. Benci melihat kedekatan mereka.
“ooh.. jadi, itu cewek yang membuat Raka berpaling dariku?’ ucap Amanda pelan. Amarah telah mengepung hatinya, membentuk segumpal benci.

Keesokan harinya…
Aya sedang berjalan sendirian di koridor sekolah menuju perpustakaan. Saat melewati koridor yang sepi, Aya tiba-tiba dihadang oleh Amanda dan temannya, Sherly. Tanpa berkata apapun, mereka langsung menarik tangan Aya dan memasukkannya ke dalam gudang.
“ngapain kamu dekat-dekat sama Raka, Huh?!” bentak Amanda. “Gara-gara kamu, Raka mutusin aku!! Jadi, Rasain nih! Selamat berpesta… Bareng tikus-tikus dan kecoa!” ucap Amanda. Aya berusaha mejelaskan semuanya, sepertinya Amanda salah paham dengan kedekatannya dengan Raka. Tapi Amanda sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasan Aya. Amanda dan Sherly kemudian meninggalkan Aya di dalam gudang dan menguncinya. Di balik pintu itu mereka tersenyum menang. Kemudian beranjak dari sana.
“Amanda!! Please, jangan lakuin ini!!” teriak Aya dari dalam gudang sambil berusaha membuka pintu.
“Amanda!!” Aya terus saja berusaha untuk membuka pintu gudang itu, menggedor-gedornya, berteriak minta tolong, namun semua itu hanya sia-sia karena koridor itu jarang dilalui orang. Gudang itu juga tidak mempunyai cela sedikitpun yang memungkinkan Aya untuk keluar dari situ. Akhirnya Aya putus asa, dia hanya bisa pasrah, hanya bisa berharap seseorang datang menyelamatkannya. Aya terus menunggu. Hingga bel pulangpun berbunyi.
“Aya nggak datang ya?” Raka bertanya ke salah satu teman sekelas Aya, ketika dia tidak menemukannya. Raka berniat mengajaknya pulang bareng.
“tadi sih ada, tapi setelah jam istirahat selesai, dia nggak masuk pelajaran sampai sekarang..” Raka mengerutkan keningnya mendengar jawaban anak itu, dia mulai khawatir. Raka pikir, Aya mungkin dicegat lagi oleh preman-premn kacangan sekolah yang selalu mengganggunya. Raka langsung menuju ke ruangan tempat Aya dulu diganggu oleh preman-preman itu, namun Raka tak menemukan Aya di situ. Rakapun mencari Aya ke seluruh bagian sekolah, namun dia tetap tak menemukannya.
“Aya!! “ Raka berharap Aya bisa mendengarnya. Setelah menyusuri sekolah, Raka melewati koridor tempat Aya dihadang tadi.
“Aya ! kamu dimana?!” Aya yang sedang duduk menyudut, mengangkat wajahnya.
“Raka..?” batinnya. Dia berdiri dan menggedor-gedor pintu agar Raka bisa mendengarnya.
“Raka!! Raka! Aku disini!” Raka yang saat itu akan berbelok, mendengar teriakan itu, dia kemudian mencari asal teriakan itu. Saat menemukannya,
“Aya, mundur! Aku akan mendobrak pintu ini” Aya menurut dan Raka mulai berusaha mendobrak pintu itu. BHRAAGK. Pintu itu terhempas sangat kuat.
“Aya…” ucap Raka lirih dan tersenyum saat melihat Aya ada di hadapannya. Aya berdiri lemas, lelah dengan semua kejadian yang menimpanya.
Bendungan air matanya hampir tumpah saat Raka memeluknya erat. Namun Aya langsung menghempaskan tubuh Raka.
“kenapa kamu lakukan semua ini?” dada Aya sesak menahan marah.
“lakuin apa?” Raka tidak mengerti dengan perkataan Aya.
“kenapa kamu lakukan semua ini padaku?” suaranya berat karena menahan tangis.
“selama ini aku sudah banyak masalah, jadi please…. Jangan menambah masalahku lagi…” pintanya lirih.
“hei… aku tuh…” Raka mencoba menjelaskan namun Aya memotong perkataannya.
“mulai saat ini, tolong jangan dekati aku lagi” setelah itu Aya langsung pergi dari gudang itu. Namun saat melangkah keluar, kepalanya mendadak pusing. Raka langsung memapahnya.
“kamu nggak apa-apa?” Aya menggeleng akan tetapi perlahan penglihatannya memudar dan akhirnya semua menjadi gelap.
                                                                                                  ***
Semenjak saat itu, Aya pun mulai menjauhi Raka. Saat berpapasan, Aya sama sekali tak memperdulikan Raka, seolah-olah mereka tidak saling kenal. Raka sungguh tak menyukai keadaan yang seperti ini. Apalagi rasa sayang untuk Aya mulai tumbuh di hati Raka. Aya terus merasuki pikiran dan hati Raka. Jadi Raka mencoba untuk merubah keadaan. Saat jam istirahat berlangsung, Raka menghampiri Aya ke kelasnya, Raka menarik tangan Aya yang saat itu sedang duduk sambil bercanda bersama Dara. Raka membawanya menuju kantin tempat Amanda berada, Raka ingin meluruskan semuanya. Dan saat tepat dihadapan Amanda, Raka merangkul Aya.
“ sekarang, Aya adalah pacarku” Aya terkejut mendengarnya, dia menatap Raka, meminta penjelasan. Tapi Raka melanjutkan kata-katanya lagi.
“jadi, jangan coba macam-macam sama dia. Dan Amanda, setahuku kita sudah putus jadi jangan ganggu aku dan Aya lagi.” Amanda melotot kemudian menggeleng tidak terima dengan semua ini lalu pergi dari situ. Saat Amanda sudah tidak kelihatan, Aya langsung melepaskan rangkulan Raka.
“kata siapa kita pacaran?” Aya langsung meninggalkan Raka dengan rasa kesal. Raka sontak mengejarnya, mencoba untuk menjelaskan ucapannya tadi. Tapi Aya terus berjalan dan tidak mau mendengarkan Raka. Akhirnya, Raka meraih tangan Aya.
“hei… dengar aku dulu…” Aya tidak bisa mengelak lagi jadi dia terpaksa mendengarkan. Raka kemudian meraih kedua tangan Aya. Menggenggamnya erat. DEGH.
“Aya…” Raka menyebutnya dengan segenap hatinya.
“awal aku melihatmu… waktu kamu sedang digangguin sama preman-preman sekolah, entah mengapa sejak saat itu muncul dalam hatiku rasa ingin melindungimu. Dan saat mulai dekat denganmu, mengenalmu lebih jauh, rasa ingin melindungi itu berubah jadi rasa sayang…” Raka memberi jeda perkataannya, mengumpulkan semua keberaniannya dan menumpahkan semua isi hatinya.
“ Aya… mau ‘kan jadi pacarku? ” Aya tak mampu berkata-kata. Dia shock, kaget, menurutnya semua ini terlalu mendadak. Tapi setelah semua yang Raka lakukan untuk Aya, dia tak bisa memungkiri kalau dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Raka. Aya memutuskan untuk tidak langsung menerima Raka, dia ingin Raka memberikan bukti bahwa Raka benar-benar sayang sama dia. Walaupun sudah cukup dengan semua yang telah Raka lakukan selama ini membuktikan rasa sayang itu.
“aku ingin bukti…” ucap Aya akhirnya.
“bukti apa?”
“yaa… bukti kalau kamu betul-betul sayang sama aku, kalau kamu bisa membuktikannya, aku akan mempertimbangkannya…”
“apapun akan aku lakukan untuk bisa membuktikan itu Aya…”
“Mm.. kita liat aja…” Aya perlahan melepas genggaman Raka kemudian kembali ke kelas, meninggalkan Raka dengan perasaan bagai bunga yang sedang mekar berseri. Tiba-tiba Raka berteriak, membuat Aya menghentikan langkahnya.
“Doll Girl!!” Aya berbalik mendengar itu. Raka tersenyum kemudian kembali berteriak.
“ I Love u!!! “ senyum manispun mengembang di wajah polos milik Aya .


                                                                                                …END…

Rabu, 09 November 2011

Secret Admirer


Aku memujamu,
Aku selalu menatapmu dari tempatku,
Aku menyentuhmu dalam setiap mimpiku,
Apakah kau tahu itu ?
Di setiap detik,
Di setiap nafasku,
Hati ini memanggilmu,
Angin selalu membisikkan namamu,
Apakah kau dengar ?
Kamu tak tahu karena aku tak pernah memberitahumu
Kamu tak tahu apapun
Kamu tak tahu karena kamu tak bisa mendengarku

Sore itu kulangkahkan kakiku ke pasar. Tempat yang tak ingin selalu ku kunjungi. Tapi ku tepiskan rasa malas itu jauh-jauh saat mengingat besok adalah hari kelahirannya. Hampir setengah toko di pasar itu ku masuki tapi tak menemukan sesuatu yang mungkin cocok untuknya. Apa warna kesukaannya? Apa benda yang dia senangi? Aku tak tahu. Ya, aku tak tahu banyak tentang dirinya. Hanya namanya yang merajai istana hati ini. Dan ya, tanggal lahirnya yang aku tahu dari salah satu situs jejaring sosial yang saat ini merasuki jiwa remaja dunia, Facebook. Saat memasuki salah satu tokoh aksesories, mataku langsung terpaku pada sebuah gelang yang tergantung manis di dalam toko itu. Bentuknya lucu tapi cocok untuk cowok. Warnanya merah dan kuning. Kuputuskan untuk membelinya. Tapi saat akan membayarnya, mataku kembali terpaku pada sebuah gantungan tas berbentuk bola kaki yang keren. Aku ingat adikku pernah bilang kalau dia suka bermain bola kaki. Tanpa pikir panjang ku raih gantungan tas itu dan langsung membayarnya. Setelah itu, aku meninggalkan pasar itu. Ah, kotak kadonya belum ada. Ku lirik jam yang melingkar di tanganku. 17.45, berarti sudah 4 jam aku mengelilingi pasar ini. Sebentar lagi bumi akan Maghrib, jadi ku tinggalkan pasar itu. Masih ada besok, aku akan pikirkan caranya agar bisa mendapatkan kotak kado dan memberikannya besok.

***
Pikiranku menerawang mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk ku tuliskan pada selembar kertas di hadapanku. Penaku menari di atas kertas itu saat ku temukan kata-kataku. Aku tersenyum sendiri saat membaca suratku itu, tersenyum pada diriku karena melakukan hal terkonyol dalam hidupku. Berulangkali ku baca surat itu sebelum melipatnya. Aku naik ke tempat tidurku. Mataku terpejam namun pikiranku sibuk menyusun rencana bagaimana mendapatkan kotak kado dan cara memberikannya. Saat semuanya sudah tersusun dalam otakku, aku mulai memasuki gerbang mimpi sambil sebelumnya mengingat kembali isi suratku.
“Happy Birthday!! Wish U all the best and I hope God always bless U“
Aku harap kamu suka hadiah kecil ini. Terserah kamu mau apain nih kado. Di pake (hmm.. senangnya), disimpan (boleh juga), atau di buang (walaopun sedih rasanya). Whatever. Sorry, maybe this give, letter, and me, bothering U. Kamu bisa anggap semua ini Tidak ada.  I’m not hope anything from U. And i’m never wish to be UR mine, I just want U to know that I always love U. U’ll be in my heart. Forever.
For U :
Kau adalah sebuah lukisan yang indah di pandang mata, mengaduk isi hati dan isi kepala. Sebuah sensasi maya yang begitu mudah di rasakan tapi terlampau sulit untuk diraih di alam nyata. (Pulau Guara)

_Secret Admirer_

Mataku terpejam. Bibirku tersenyum.
***

Bel panjang berbunyi nyaring tanda sekolah telah berakhir. Buru-buru ku masukkan buku-bukuku dan berlari meninggalkan kelas menuju sebuah toko yang terletak tidak terlalu jauh dari sekolah. Saat sampai di toko itu, aku langsung membeli kotak kado yang hanya satu-satunya di toko itu. Aku mengambil surat, gelang, dan gantungan tas itu dari dalam tasku dan menyusunnya rapi di kotak itu. Aku berlari kembali menuju gerbang sekolah. Menunggu. Aku punya sahabat yang kebetulan dekat dengannya, jadi kuputuskan untuk menitipkan kado itu padanya. Wajahku langsung berseri ketika ku lihat sahabatku keluar dari gerbang sekolah. Ku bawa dia menjauh dari keramaian. Ku keluarkan kado itu dari tasku dan memberikannya pada sahabatku itu. Aku meminta tolong untuk bersedia memberikannya pada cowok itu. Tentu, sebelumnya membuat dia berjanji agar tidak memberitahukan ini pada siapapun dan merahasiakan diriku.
Saat sahabatku memberitahukan bahwa cowok itu sudah menerimanya dan mengatakan bahwa dia sangat menyukainya, aku tersenyum bahagia.
***

Aku tersenyum ketika melihatnya di kejauhan. Tapi seketika aku terdiam menatap kosong pergelangan milik cowok itu. Aku tidak melihat gelang yang ku berikan melingkar di tangannya. Lemas. Aku berpaling melihat tas ransel yang dia kenakan berharap gantungan yang ku berikan tergantung manis di sana. Tak ada. Kecewa. Aku tersenyum. Getir. Aku mencoba menepis semua negative thinking yang mulai menyerang otakku. Menghibur diriku sendiri.
Bodoh. Ya, mungkin aku memang bodoh karena meski dia melakukan hal yang membuatku kecewa, dia, seorang yang lebih muda dariku itu, tetap bertahta di hati dan pikiran ini. Aku menyukainya, aku mengaguminya. Bohong, kalau aku bilang tidak ingin memilikinya. Tapi bagaikan melayang di udara dan kemudian di banting keras kembali ke bumi saat ku ingat kepercayaanku berlawanan dengannya dan saat ku sadari aku berasal dari keluarga yang agamais tamparan yang amat keras mendarat di pipi ini. Tembok penghalang itu terlalu tinggi untuk ku gapai. Tersenyum. Diriku tersenyum saat menyadari aku hanya akan bisa memeluk bayangnya. Hanya bisa bermain bersama ilusi semu yang ku buat sendiri. Tapi aku. A secret admirer, akan tetap menatapnya dari kejauhan, menikmati bahagianya, sedihnya, senyumnya, tawanya, tangisnya, setiap gerakannya.
***

Aku berjalan di tepi pantai. Menikmati angin yang membelaiku lembut. Ku dengar sebuah bisikan yang selalu menghampiri telingaku. Aku tersenyum dan memejamkan mataku. Ku nikmati musik dari sang ombak. Ku resapi kehangatan dari senja. Kurasakan lembutnya pasir putih di telapakku. Ku gerakkan jari tanganku di atas pasir, menuliskan sebuah nama yang di bisikkan oleh angin. Ah, ombak datang. Kurebahkan diriku di depan nama itu, melindunginya dari ombak yang mungkin akan menghapusnya.


nURUL mY