“Jika Tuhan
memberiku kesempatan untuk mengulang waktu, aku ingin kembali ke masa SMAku
dulu. Masa dimana aku bertemu dengannya untuk pertama kali”
~~~
Perpustakaan selalu menjadi tempat
ternyaman untukku. Suasana senyapnya, aroma khas yang berasal dari buku,
barisan-barisannya yang berderet rapi di rak. Aku selalu menyukainya. Atmosfir
perpustakaan. Tapi suasana menentramkan itu selalu saja di rusak oleh si Kian.
Seperti sekarang ini. Namanya muncul di layar ponselku yang sedang bergetar di
tanganku. Kuletakkan buku yang sedang kubaca di atas meja kemudian menekan
tombol berwarna hijau di ponselku.
“ Halo? “ jawabku malas-malasan
setengah berbisik.
“ Kamu dimana? “ suara nyaringnya
terdengar di seberang.
“ Perpus “
“ aku kesana ya? “
“ Eh nggak usah, nanti... “
tut. tuuut
Aku menatap ponselku yang tiba-tiba
terputus. Selalu begitu. Kian adalah cowok paling menyebalkan sedunia yang
pernah kutemui tapi herannya, aku menyayanginya. Yah, dia pacarku. Aku juga
tidak tahu persis bagaimana aku bisa berpacaran dengannya. Semuanya terjadi
begitu saja.
Aku meraih buku di meja yang sudah
setengah halaman kubaca itu kemudian melanjutkannya sambil menunggu kedatangan
Kian. Tapi tiba-tiba aku merasa harus ke kamar kecil dan saat akan berjalan
keluar dari mejaku, aku menabrak pundak seseorang. Buku-buku yang dipegangnya
berserakan dilantai. Spontan, aku jongkok memunguti buku-buku itu.
“Maaf. Maaf. Aku tidak sengaja.” Aku
memungutinya dengan cepat dan kulihat orang itu pun ikut jongkok. Aku hanya
merunduk. Terlalu malu untuk mengangkat wajahku.
“Aaakh kenapa aku seceroboh ini?
Bodoh.” Gumamku setengah berbisik. Mengumpat diri sendiri masih sambil
mengumpulkan buku-buku itu.
“Kamu belum berubah, ya?” suara
orang dihadapanku yang tiba-tiba itu mengagetkanku.
“Berubah?” Segera kuangkat wajahku.
Memperhatikan wajah orang yang saat ini tersenyum kepadaku.
“Iyah. Kamu belum berubah. Masih
suka menggumam nggak jelas kayak tadi” Senyumnya melebar. Kurasakan darahku
mengalir ke kepala dengan cepat. Dadaku tiba-tiba saja terasa sesak. Badanku
beku.
“Hai, masih ingat aku?”
Suara serak yang renyah, wajah manis
dengan bulu mata yang panjang, senyum lebar yang menawan dan juga... tatapan
teduh itu. Bagaimana bisa aku tidak ingat dengan semua itu?? Bagaimana bisa aku tidak ingat dengan
seseorang yang hingga saat ini masih memberiku bayangan-bayangan akan masa
lalu, bayangan tentang penyesalan yang selalu aku pendam?
To be continued...