Rabu, 23 Januari 2013

"Untitled Story"



“Jika Tuhan memberiku kesempatan untuk mengulang waktu, aku ingin kembali ke masa SMAku dulu. Masa dimana aku bertemu dengannya untuk pertama kali”
~~~
Perpustakaan selalu menjadi tempat ternyaman untukku. Suasana senyapnya, aroma khas yang berasal dari buku, barisan-barisannya yang berderet rapi di rak. Aku selalu menyukainya. Atmosfir perpustakaan. Tapi suasana menentramkan itu selalu saja di rusak oleh si Kian. Seperti sekarang ini. Namanya muncul di layar ponselku yang sedang bergetar di tanganku. Kuletakkan buku yang sedang kubaca di atas meja kemudian menekan tombol berwarna hijau di ponselku.
“ Halo? “ jawabku malas-malasan setengah berbisik.
“ Kamu dimana? “ suara nyaringnya terdengar di seberang.
“ Perpus “
“ aku kesana ya? “
“ Eh nggak usah, nanti... “
   tut. tuuut
Aku menatap ponselku yang tiba-tiba terputus. Selalu begitu. Kian adalah cowok paling menyebalkan sedunia yang pernah kutemui tapi herannya, aku menyayanginya. Yah, dia pacarku. Aku juga tidak tahu persis bagaimana aku bisa berpacaran dengannya. Semuanya terjadi begitu saja.
Aku meraih buku di meja yang sudah setengah halaman kubaca itu kemudian melanjutkannya sambil menunggu kedatangan Kian. Tapi tiba-tiba aku merasa harus ke kamar kecil dan saat akan berjalan keluar dari mejaku, aku menabrak pundak seseorang. Buku-buku yang dipegangnya berserakan dilantai. Spontan, aku jongkok memunguti buku-buku itu.
“Maaf. Maaf. Aku tidak sengaja.” Aku memungutinya dengan cepat dan kulihat orang itu pun ikut jongkok. Aku hanya merunduk. Terlalu malu untuk mengangkat wajahku.
“Aaakh kenapa aku seceroboh ini? Bodoh.” Gumamku setengah berbisik. Mengumpat diri sendiri masih sambil mengumpulkan buku-buku itu.
“Kamu belum berubah, ya?” suara orang dihadapanku yang tiba-tiba itu mengagetkanku.
“Berubah?” Segera kuangkat wajahku. Memperhatikan wajah orang yang saat ini tersenyum kepadaku.
“Iyah. Kamu belum berubah. Masih suka menggumam nggak jelas kayak tadi” Senyumnya melebar. Kurasakan darahku mengalir ke kepala dengan cepat. Dadaku tiba-tiba saja terasa sesak. Badanku beku.
“Hai, masih ingat aku?”

Suara serak yang renyah, wajah manis dengan bulu mata yang panjang, senyum lebar yang menawan dan juga... tatapan teduh itu. Bagaimana bisa aku tidak ingat dengan semua itu??  Bagaimana bisa aku tidak ingat dengan seseorang yang hingga saat ini masih memberiku bayangan-bayangan akan masa lalu, bayangan tentang penyesalan yang selalu aku pendam?
To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar