Setelah beberapa bulan pisah dengan Mr. Chocochip, disaat
diri dan hatiku sudah terbiasa dengan kesendirian lagi, seseorang tiba-tiba
saja hadir dalam hidupku. Seseorang yang tidak pernah terlintas dalam benakku
akan mengisi cerita hidupku. Namanya Ardi, seorang teman lama yang tidak terlalu
akrab. Aku masih ingat, waktu SMP dulu, ketika berpapasan dengannya, senyum pun
jarang kami berikan. Hanya tahu wajah dan nama. Dan kini, dia muncul begitu
saja dan tiba-tiba mencuri hatiku.
Awalnya, dia menyapaku di facebook. Tanggapanku biasa saja “okeh,
dia Hanya seorang teman yang ingin bersilaturahmi seperti teman-temanku yang
lain”. Kami semakin dekat setelah dia mendapatkan nomor handphoneku. Sapaan-sapaan
ringan selalu memenuhi inboxku tiap hari. Dan hal ini pun aku tanggapi biasa
saja hingga dia memberikan perhatian kecil yang sudah lama tidak aku dapatkan. Akhirnya,
aku selalu menantikan pesan singkatnya. Menatap layar handphoneku terus-terusan,
berharap ada pesan darinya dan saat pesannya masuk, senyum pasti mengembang di
wajahku. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa aku menyukainya. Menyukai dirinya
yang sudah 7 tahun tidak bertemu setelah kepindahanku. Dengan PDKT yang
singkat, tepatnya 7 oktober 2012, dia menyatakan suka padaku, lewat pesan
singkat. Ya, Pesan singkat. Haa terlalu biasa, tapi itu cukup membuat jantungku
berdegup lebih cepat dari biasanya dan juga sukses membuat rona di pipiku. Dengan
alasan yang sama, aku menerimanya. Bahagia, tentu saja. Tapi ‘takut’ juga turut
bercampur dalam rasaku malam itu.
Setiap menjalin hubungan, aku selalu berusaha untuk tidak
membuat diriku masuk terlalu dalam terhadap sesuatu yang akan memberiku luka
nantinya. Tak ingin terlalu menggunakan hati. Tapi dia sudah membuatku jatuh
terlalu dalam, aku sadar akan hal itu tapi aku tidak mencegahnya. Membiarkannya
terus tumbuh. Beberapa hari menjalin hubungan, semuanya berjalan normal walau
hanya berhubungan lewat handphone.
Tapi makin hari, makin terasa janggal bagiku.
THE BAD MAN EVER!
Miss U, baga!
Entah perasaanku saja atau memang benar. Dia berubah, tidak
seperti waktu pdkt –yang singkat- dulu. Balas Sms lama, aku tanya panjang
lebar, di jawabnya singkat-sesingkat-singkatnya. Sekalipun, dia tak pernah
menelponku, karena tak punya pulsa atau memang tak mau bicara denganku, aku tak
pernah tahu - Huh! Pacar apa itu?-. Tak seperti Mr. Chocochip dulu, setiap
saat, dia pasti menelponku, menanyakan kabar atau sekedar menghiburku dengan
gurauan yang garing sekalipun. Walau kadang aku cuekin kalau lagi
malas-malasan, dia tetap saja ngotot menelpon. Hmm. Yah, Aku mulai
membandingkan-bandingkannya dengan mantan2ku.
Ardi selalu sibuk dengan organisasinya. Bukannya tidak suka
dengan cowok yang aktif di organisasi kampus, tapi sesibuk apakah organisasinya
sampai-sampai tidak bisa mengabariku, menyisihkan semenit waktunya untuk
memberi pesan untukku. Pernah, seharian penuh dia tidak mengabariku. Pesanku tidak
di balas-balasnya. Aku berfikir, dia hanya kehabisan pulsa, try to positive
thinking saja. Tapi keesokannya, pesannya masuk dengan ucapan maaf. Bukan kehabisan
pulsa, tapi karena dia ikut sebuah organisasi –yang entah apa namanya- yang
mengharuskannya bermalam sehari. Aku kecewa. Sesibuk apapun seseorang, dia
pasti meluangkan sedikit waktunya untuk memberi kabar kepada orang yang dia
sayang. Apa Ardi tidak benar-benar menyayangiku? I don’t know. Walau sedikit
kecewa, aku coba memaafkannya berharap dia tidak akan mengulanginya.
Dua minggu sudah berlalu. Ini merupakan rekor bagiku. Bahagia
sekaligus khawatir. Apakah hubunganku kali ini akan berlanjut sampai beberapa
tahun kedepan ataukah akan kandas beberapa hari lagi, aku tidak tahu. Aku hanya
mencoba bertahan untuknya. Tapi ketakutan-ketakutanku sebelumnya akhirnya
terjawab. Setelah memutuskan bertemu untuk pertama kalinya, dua hari setelahnya,
dia menjauh. Apa dia kecewa dengan
diriku yang tidak cantik ini? -Tapi dia berjanji akan menerima apa adanya
diriku- Atau ada sikapku yang salah? Atau... entahlah! Aku sungguh tak tahu menahu. Dia tidak tahu
saja, betapa bahagianya diri ini saat berdiri disampingnya dan berjalan
beriringan dengannya tapi Dia menjauh begitu saja. Hingga aku sampai pada titik
jenuhku dan meminta untuk mengakhiri semuanya. Hatiku sebenarnya menolak, tapi
logika yang akhirnya memutuskan itu. Yang membuatku LEBIH sakit, dia tidak
mencegah ataupun mencoba menahanku. ~Miris~
Untuk pertama kalinya, aku menangis. YAH, menangis! Menangisi
dia yang sudah menyakitiku. Bodoh, memang. Tapi aku tidak mau berlarut-larut
dalam kesedihanku. Aku mencoba menerima semua ini. Hubungan yang cepat berawal
memang akan cepat berakhir pula. Life must go on walau move on darinya terasa
sulit, but I’ll try.
Tapi hingga saat ini, aku masih sering intip-intip
timeline-nya dia –BEGO-. Dengan kata lain, aku masih belum bisa betul-betul move
on. Jadiannya 2 minggu, Move onnya 2 bulan. Huh! Susah memang, karena Dia adalah
orang pertama yang sungguh-sungguh aku sayangi sekaligus orang pertama yang
menyakitiku. Hmm...
Hati tak pernah memilih kepada siapa dia akan bertaut, dan
hati ini sudah memilihmu, jadi jangan salahkan aku jika aku belum bisa melepas
dan melupakanmu hingga detik ini. ARDI BODOH!!
Ni dia nih, si Ardiansyah!
belakangnya ajah, nda mw liat mukanya :(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar