Untukmu, Si pencuri hati yang bodoh.
Di balik kaca jendela kamarku, Aku Menatap langit di atas
sana yang masih secerah hari kemarin. Kenapa dia tak mendung? Akh.. Aku
tiba-tiba merindukan hujan. Merindukan lullaby yang diciptakannya, Serta
kesejukannya yang mendamaikan.
Aku merindukan hujan seperti merindukan dirimu.
Aku masih menengadah ke langit yang sebiru hari kemarin. Kenapa dia tak
meneteskan air matanya? Aku tiba-tiba merindukan hujan. Merindukan titik-titik
yang di buatnya saat menyentuh bumi, serta bau basahnya.
Aku merindukan hujan seperti merindukan dirimu.
Di langit sana, awan masih putih seperti biasanya. Masih
melukiskan senyummu yang manis. Kenapa dia tak menggelap? Akh... Aku tiba-tiba
merindukan hujan.
Hahaha
Sebenarnya, kemarin, dan kemarinnya lagi, hujan turun...
Tapi aku masih merindukan hujan sama seperti merindukanmu. Hujan masih bisa
menyejukkan hatiku tapi kenapa kamu tidak lagi?
Lihatkah kau langit diatas sana? dia seperti dirimu. Sama-sama
menurunkan hujan. Langit selalu menurunkan hujan yang mendamaikan hatiku dan
dirimu menurunkan hujan di mataku yang berasal dari hatiku.
Tapi, seperti aku merindukan hujan, aku pun merindukanmu....
Walau hati kita tak lagi sama, Kita masih berpijak di bumi
yang sama dan masih di bawah langit yang sama pula. Biarkan hujan tetap
menyentuh kulitmu dan jangan khawatir akan derasnya, jangan paksa aku untuk
menghentikannya. Jika saatnya tiba, Dia akan berhenti dengan sendirinya.
Percayalah.
Jadi, biarkan aku tetap merindukanmu seperti aku merindukan
hujan.
Semoga hujan yang turun akan menghapus kenanganmu. Mungkin
bukan hujan kemarin, tapi aku yakin hujan esok hari...
Dariku, Si pencinta hujan yang bodoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar