Langit sore itu terlihat gelap saat Niken sedang berjalan di taman sambil mendengarkan lantunan Broken vow-nya Lara Fabian dari Mp4-nya. Tak lama kemudian titik-titik air mulai menyentuh kulitnya. Dia segera berlari kecil menuju halte bis yang tak jauh dari situ untuk berteduh. Hujanpun turun dengan derasnya. Kendaraan yang lalu lalang mulai berkurang. Niken terdiam sejenak, menatap lurus ke depan, menatap butir-butir air yang jatuh dari langit kemudian menengadahkan tangannya, merasakan butir-butir air itu menyentuh lembut tangannya. Niken kemudian memejamkan matanya, merasakan sejuk angin yang membelainya, menikmati aroma hujan. Niken selalu menyukai hujan. Ketika sedang hanyut dalam perasaannya sendiri, tiba-tiba Niken merasakan ada yang menyentuh tangannya. DHEG. Niken perlahan membuka mata. Menoleh ke arah sesuatu yang menyentuhnya itu berasal. Tatapan Niken bertemu dengan tatapan mata milik seseorang. COWOK?!.
***
“Damn! Bisnya mana sih?!” Boy terlihat kesal. Bis yang di tunggunya sedari tadi belum juga datang. Dia ada latihan bermain gitar pukul 4 sore dan sekarang sudah 4.45. Boy melihat langit yang mendung. Dia bertambah kesal ketika hujan turun dengan deras. Dia terus saja mengumpat dalam hati, mengutuk bis yang tak kunjung datang dan hujan yang tidak dia harapkan. Ditengah kesalnya Boy, dia mengedarkan pandangannya, mengamati sekeliling. Pandangannya tiba-tiba terhenti pada seorang gadis yang sedang berdiri di ujung halte. Boy memperhatikan dari ujung kaki hingga kepala. “Bidadari” begitu kesimpulan Boy. Gadis itu sedang bermain-main dengan hujan sambil memejamkan matanya. Pemandangan itu meredakan emosi Boy yang sedang naik. Boy perlahan mendekati gadis itu, dia terus menatapnya. Saat tepat berada disamping gadis itu, jantung Boy berdegup lebih kencang dari biasanya. Gadis itu masih memejamkan matanya, dan tersenyum. “Indah…” batin Boy. Seakan ada yang menggerakkan tangan Boy, dengan perlahan tangan itu menjangkau tangan gadis itu. Menyentuhnya perlahan. Gadis itu membuka matanya. Terkejut namun tetap tenang, gadis itu menatap Boy dengan tatapan Tanya.
***
Tatapan Niken dan Boy bertemu. Boy masih memegang tangan Niken. Hening. Mereka masih bergelut dengan perasaan mereka sendiri. Niken melepas tangan Boy dengan halus karena merasa risih.
“kamu nggak merasa aneh?” Boy membuka percakapan. Niken menjawabnya hanya dengan sebuah gelengan kecil.
“tadi aku kaget liat kamu!”. Sambung Boy.
“kok bisa?” Niken mulai penasaran.
“iya, aku tadi kaget waktu liat kamu. Koq ada bidadari gak bersayap lagi berdiri di halte bis!” senyum nakal mengembang di wajah Boy.
“Iiiish!” Niken tersipu. “Dasar!”
Tawa renyah mengawali perkenalan mereka di tengah hujan yang mengguyur bumi sore itu. Hujan yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar