Sabtu, 10 November 2012

The "Bad Man" ever


Setelah beberapa bulan pisah dengan Mr. Chocochip, disaat diri dan hatiku sudah terbiasa dengan kesendirian lagi, seseorang tiba-tiba saja hadir dalam hidupku. Seseorang yang tidak pernah terlintas dalam benakku akan mengisi cerita hidupku. Namanya Ardi, seorang teman lama yang tidak terlalu akrab. Aku masih ingat, waktu SMP dulu, ketika berpapasan dengannya, senyum pun jarang kami berikan. Hanya tahu wajah dan nama. Dan kini, dia muncul begitu saja dan tiba-tiba mencuri hatiku.
Awalnya, dia menyapaku di facebook. Tanggapanku biasa saja “okeh, dia Hanya seorang teman yang ingin bersilaturahmi seperti teman-temanku yang lain”. Kami semakin dekat setelah dia mendapatkan nomor handphoneku. Sapaan-sapaan ringan selalu memenuhi inboxku tiap hari. Dan hal ini pun aku tanggapi biasa saja hingga dia memberikan perhatian kecil yang sudah lama tidak aku dapatkan. Akhirnya, aku selalu menantikan pesan singkatnya. Menatap layar handphoneku terus-terusan, berharap ada pesan darinya dan saat pesannya masuk, senyum pasti mengembang di wajahku. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa aku menyukainya. Menyukai dirinya yang sudah 7 tahun tidak bertemu setelah kepindahanku. Dengan PDKT yang singkat, tepatnya 7 oktober 2012, dia menyatakan suka padaku, lewat pesan singkat. Ya, Pesan singkat. Haa terlalu biasa, tapi itu cukup membuat jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya dan juga sukses membuat rona di pipiku. Dengan alasan yang sama, aku menerimanya. Bahagia, tentu saja. Tapi ‘takut’ juga turut bercampur dalam rasaku malam itu.
Setiap menjalin hubungan, aku selalu berusaha untuk tidak membuat diriku masuk terlalu dalam terhadap sesuatu yang akan memberiku luka nantinya. Tak ingin terlalu menggunakan hati. Tapi dia sudah membuatku jatuh terlalu dalam, aku sadar akan hal itu tapi aku tidak mencegahnya. Membiarkannya terus tumbuh. Beberapa hari menjalin hubungan, semuanya berjalan normal walau hanya berhubungan lewat handphone.
Tapi makin hari, makin terasa janggal bagiku.

Entah perasaanku saja atau memang benar. Dia berubah, tidak seperti waktu pdkt –yang singkat- dulu. Balas Sms lama, aku tanya panjang lebar, di jawabnya singkat-sesingkat-singkatnya. Sekalipun, dia tak pernah menelponku, karena tak punya pulsa atau memang tak mau bicara denganku, aku tak pernah tahu - Huh! Pacar apa itu?-. Tak seperti Mr. Chocochip dulu, setiap saat, dia pasti menelponku, menanyakan kabar atau sekedar menghiburku dengan gurauan yang garing sekalipun. Walau kadang aku cuekin kalau lagi malas-malasan, dia tetap saja ngotot menelpon. Hmm. Yah, Aku mulai membandingkan-bandingkannya dengan mantan2ku.
Ardi selalu sibuk dengan organisasinya. Bukannya tidak suka dengan cowok yang aktif di organisasi kampus, tapi sesibuk apakah organisasinya sampai-sampai tidak bisa mengabariku, menyisihkan semenit waktunya untuk memberi pesan untukku. Pernah, seharian penuh dia tidak mengabariku. Pesanku tidak di balas-balasnya. Aku berfikir, dia hanya kehabisan pulsa, try to positive thinking saja. Tapi keesokannya, pesannya masuk dengan ucapan maaf. Bukan kehabisan pulsa, tapi karena dia ikut sebuah organisasi –yang entah apa namanya- yang mengharuskannya bermalam sehari. Aku kecewa. Sesibuk apapun seseorang, dia pasti meluangkan sedikit waktunya untuk memberi kabar kepada orang yang dia sayang. Apa Ardi tidak benar-benar menyayangiku? I don’t know. Walau sedikit kecewa, aku coba memaafkannya berharap dia tidak akan mengulanginya.
Dua minggu sudah berlalu. Ini merupakan rekor bagiku. Bahagia sekaligus khawatir. Apakah hubunganku kali ini akan berlanjut sampai beberapa tahun kedepan ataukah akan kandas beberapa hari lagi, aku tidak tahu. Aku hanya mencoba bertahan untuknya. Tapi ketakutan-ketakutanku sebelumnya akhirnya terjawab. Setelah memutuskan bertemu untuk pertama kalinya, dua hari setelahnya, dia  menjauh. Apa dia kecewa dengan diriku yang tidak cantik ini? -Tapi dia berjanji akan menerima apa adanya diriku- Atau ada sikapku yang salah? Atau... entahlah!  Aku sungguh tak tahu menahu. Dia tidak tahu saja, betapa bahagianya diri ini saat berdiri disampingnya dan berjalan beriringan dengannya tapi Dia menjauh begitu saja. Hingga aku sampai pada titik jenuhku dan meminta untuk mengakhiri semuanya. Hatiku sebenarnya menolak, tapi logika yang akhirnya memutuskan itu. Yang membuatku LEBIH sakit, dia tidak mencegah ataupun mencoba menahanku. ~Miris~
Untuk pertama kalinya, aku menangis. YAH, menangis! Menangisi dia yang sudah menyakitiku. Bodoh, memang. Tapi aku tidak mau berlarut-larut dalam kesedihanku. Aku mencoba menerima semua ini. Hubungan yang cepat berawal memang akan cepat berakhir pula. Life must go on walau move on darinya terasa sulit, but I’ll try.
Tapi hingga saat ini, aku masih sering intip-intip timeline-nya dia –BEGO-. Dengan kata lain, aku masih belum bisa betul-betul move on. Jadiannya 2 minggu, Move onnya 2 bulan. Huh! Susah memang, karena Dia adalah orang pertama yang sungguh-sungguh aku sayangi sekaligus orang pertama yang menyakitiku. Hmm...
Hati tak pernah memilih kepada siapa dia akan bertaut, dan hati ini sudah memilihmu, jadi jangan salahkan aku jika aku belum bisa melepas dan melupakanmu hingga detik ini. ARDI BODOH!!
Ni dia nih, si Ardiansyah!
THE BAD MAN EVER!
belakangnya ajah, nda mw liat mukanya :(
Miss U, baga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar